TUGAS
CERPEN BAHASA INDONESIA
Noor
Rika W. XI MIPA 1
Hai.. Apakah kalian tahu siapa aku? Tentu saja
tidak.. Ya, karena siapakah diriku ini? Hanya seorang anak perempuan biasa yang
tak tahu pasti apa arti sebenarnya hidup. Sekarang kutanya pada kalian, apakah
kalian tahu apa arti hidup sebenarnya? Jika kalian tahu, berarti kalian
beruntung, hahaha.. atau kalian hanya berpura-pura mengerti arti kehidupan? Kalau
iya, mungkin kita sama. Ya... berpura-pura tahu apa arti kehidupan sebenarnya. Kehidupan
ini rumit, sulit sekali memahami kehidupan. Hidup terlihat seperti cerita yang
sangat panjang. Cerita yang kita tak akan tahu kapan habisnya. Tapi.. apa iya
seperti cerita? Atau bagaimana?...
-----
Cerita... Apakah ini sebuah cerita? Bukan! Ini
bukanlah sebuah cerita. Sadarkah kalian bahwa ini adalah... “Hidup”. Hidup...
bagaikan benang kusut yang tak beratur. Kalau begitu mana bisa diriku
menarik benang yang kusut itu tuk
dijadikan sebuah cerita menarik? Hahaha.. bahkan tak cukup menarik bagiku “Hidup”
ini.
Bisakah
diriku percaya pada tiap kata-kata indah di dunia ini tentang kehidupan, yang
sepertinya mampu mengubah setiap prasangka dalam relung orang yang muram. Jika orang-orang
itu saja mampu untuk berubah, kenapa tidak pada kehidupanku? Ahh.. aku tau,
bahkan kehidupanku mungkin tak seindah kumpulan kata-kata itu. Berlebihankah? Tentu
saja tidak! Bagiku, beginilah caraku memandang kehidupan yang
sendu ini. Mungkin jika kalian menjadi aku, kalian akan berpikiran sama
denganku, ataupun juga tidak. Aku mungkin sudah membuang-buang waktuku, karena
terlalu sering berprasangka pada kehidupan. Lalu, salahkah aku jika aku terlalu
berprasangka pada hidup? Tidak! karena awalnya kupikir hidup itu bagai sebuah
khayalan indah di pagi yang manis, tapi nyatanya hidup ini seperti
nyanyian-nyanyian elegi pada mendung yang sepi.
Seseorang pernah berkata padaku, seseorang yang
berharga.
Seseorang : “Kau
tahu? Ada satu hal yang harus kamu ingat
dalam hidup ini!” katanya
Aku :
“Apa itu?” tanyaku
Seseorang : “Mudah
saja.. dalam hidup, jangan kamu selalu
mendongak ke atas, coba palingkan sesekali
ke
bawah”
Aku :
“Tapi, kenapa begitu?” tanyaku lagi
Seseorang : “Karena
jika kamu terus mendongak ke atas, disaat
kamu tersandung, itu pasti akan sangat sakit”.
Aku terdiam. Merenungi maksud kata-kata itu.
Pernahkah
kalian berpikir? Dimana letak keindahan dalam hidup ini sebenarnya? Yaa.. aku
terlalu sibuk dengan prasangkaku sehingga tak menyadari ada banyak momen
keindahan hidup yang aku lewatkan. Mungkin kalian tidak tahu, inilah Aku..
seorang anak yang biasa saja, dengan hidup yang biasa pula. Tak menarik memang,
mungkin tak sebanding dengan hidup kalian, iya kan? Jika kukatakan bahwa
mungkin hidup kalian lebih bahagia dibanding hidupku, berarti kalian harus
membenarkan hal itu sekarang....
Kau tahu,
aku pun sama dengan anak-anak yang lain. Aku juga bersekolah, sama seperti
kalian. Tapi, mungkin berbeda pada keadaan saja. Setiap pagi, ingin rasanya aku
bisa melihat 2 senyum teduh yang mengembang ke arahku sama seperti anak yang
lain. Tapi apa? Sepertinya Tuhan tak mengizinkan hal itu terjadi pada hidupku. Yang
terjadi adalah.. aku sendiri. Selalu sendiri, melakukan semuanya sendiri, aku
juga ingin diperhatikan sama seperti yang lain. Tapi, sepertinya takkan ada
yang peduli, jika aku kehilangan sesuatu di pagi hari, apakah aku akan
terlambat, atau apakah aku akan baik-baik saja di jalan. Sungguh, aku juga
masih butuh mereka.
Sekolah..
bagiku adalah sebuah tempat yang ingin selalu aku datangi, bukan karena
pelajarannya juga, tetapi orang-orang yang mampu mengubah suasana sendu pagi
hariku tepatnya. Yaa.. mereka adalah sahabat-sahabatku dan juga orang yang
belakangan ini mampu membuat aku tersenyum bahagia. Kau tahu, kali ini aku
merasa sangat beruntung, karena mempunyai sahabat seperti mereka. Bersama mereka
aku akan selalu menunjukkan sisi bahagiaku yang takkan bisa kutunjukkan pada
tempat yang orang sebut “Naungan terakhir penuh canda kehangatan”. Setiap sampai
di sekolah, aku dengan sigap memasang topeng kebahagiaan yang sangat pas dengan
wajahku. Mereka takkan pernah tahu, bahwa sebelum sampai di sekolah aku bisa
saja sangat sedih ataupun menangis atau apapun, karena Aku.. menyembunyikan itu
semua dengan apik.
Rani : “Kok
mata kamu sembab sih?”
Reni : “Kamu
habis nangis, iya kan?”
Rini : “Kamu
kenapa? Ada masalah ya?
----- dan banyak pertanyaan-pertanyaan dari
sahabatku, ketika mereka menyadari jika ada yang berbeda dari diriku
biasanya-----
Aku : “Aku
gapapa kok” ; “Ini cuma gara-gara begadang tadi
malem kok”; “Ahh, paling ini Cuma kecapek’an, aku
gapapa kok”
-----dan selalu jawaban yang sama yang akan keluar
dari mulutku-----
Aku terlalu
pengecut, karena aku takut untuk sedikit saja berbagi kenyataan dengan
sahabatku, karena aku merasa hidupku dengan mereka tidaklah sebanding. Mereka memiliki
hidup yang bahagia, mungkin, tapi itulah yang aku lihat. Tidak.. aku belum siap
untuk berbagi, karena aku merasa jika aku berbagi dengan mereka, toh mereka tak sepenuhnya tahu apa
yang aku rasakan, kadang mereka hanya berspekulasi, tanpa tahu apa yang aku
rasakan.
Kalian
tahu, aku betah sekali berada di sekolah, bahkan bisa sampai senja menjelang. Yaa..
karena disini aku selalu memakai topeng bahagia, hingga aku lupa bahwa ini
hanyalah sebuah topeng. Rasanya tidak betah berada di rumah sendiri, untuk
apa aku ada di tempat yang bahkan seperti tak menginginkan keberadaanku. Setiap anak punya kelebihan dan sifat nya
masing-masing yang tak bisa disamakan. Tapi kenapa? Kenapa aku selalu
dibanding-bandingkan dengan anak lain? Tak adil sekali hidup ini, jika semua
hal harus disamakan. Jika diriku saja selalu dibanding-bandingkan, bagiku itu
artinya mereka tak menginginkan aku, aku seperti tak terlihat, aku selalu saja
kurang di mata mereka. Sadarkah? Aku pun bisa lelah dengan semua persoalan, aku
tak suka dibanding-bandingkan terus. Ini aku, dengan semua kekurangan dan
kelebihanku, tolong cukup terimalah semua itu, aku lelah. Satu kesalahan kecil
akan terlihat begitu besar dimata mereka. Akan selalu ada pertengkaran yang
terjadi, dan selalu akan ada tangis dari diriku, entah mereka peduli ataupun
tidak, karena aku sudah tidak peduli lagi.
Tangis..
sudah seperti teman sejati bagiku. Karena Ia selalu ada dan menemaniku dikala
masalah menerpa, aku selalu berbagi cerita dengan tangis, aku mencurahkan
semuanya, karena itu mampu membuatku merasa lebih baikan, membantuku melupakan
sejenak penatku dari hiruk pikuk nya kehidupan. Tanpa aku sadar, aku terlalu
membenci kehidupan, aku benci orang-orang di sekitarku karena tak ada yang
peduli pada diriku.
Tapi,
saat ini aku memiliki seseorang yang akan menghiburku dikala sedih ataupun badmood . dia bukan sahabatku tetapi dia
adalah seseorang yang berharga di hidupku saat ini. Genta namanya. Dia yang
belakangan ini mampu membuat diriku selalu tersenyum, lupa pada masalahku. Dia..
orang yang membantu mengubah cara pandangku terhadap hidup, orang yang
membuatku sadar bahwa kehidupan yang aku miliki saat ini adalah berharga. Dia
pernah berkata..
Genta :
“ Lo tau ga kenapa lo bisa benci sama hidup dan
orang-orang di sekitar lo? ”
Aku :
“Nggak tahu” jawabku
Genta :
“ Itu karena.. lo itu belum bisa cinta sama apa yang
ada di dalam diri lo, lo ga cinta sama apa yang
lo
punya”.
Aku :
“Tapi gue ngerasa kalau hidup ini tuh ga adil ta, jadi
buat apa gue berusaha buat cinta sama itu semua?”
Genta : "Justru.. hidup ini sudah sangat adil, coba lo liat
baik-baik sama apa yang lo punya, semuanya
adil..
tapi lo yang belum bisa sadar sama semua itu. Jadi
mulai sekarang.. coba lo buka pikiran lo dan coba
belajar mencintai apa yang lo punya, gue bilang
begini karena gue ga pengen lo belajar tapi setelah
lo
ngalamin “kehilangan” " jawabnya.
Yaa.. kata-kata itulah yang membuatku saat ini
berpikir. Sepertinya aku sadar bahwa selama ini aku terlalu payah mencerna arti
kehidupan.. yang sebenarnya sangat indah. Tanpa harus ku pinta, aku mempunyai
sahabat-sahabat yang menyayangiku dan membuat hariku lebih ceria, aku juga
punya genta, seharusnya aku menyadari itu dari awal. Dan sekarang aku yakin,
pada dasarnya.. orang tuaku pasti menyayangiku, itu mengapa mereka selalu
melarangku ini itu, harusnya memang aku tak perlu terlalu berprasangka dan
menerka-nerka kehidupan. Seperti kata orang “Kehidupan lebih nyata daripada
pendapat siapapun tentang kenyataan”. Yaa.. aku sadar, aku bukanlah
siapa-siapa, aku bukan seseorang yang melewati hidup dengan hebatnya.. bahkan
aku belum memulainya, tapi kenapa aku bisa dengan sombongnya berpendapat
tentang kenyataan hidup.
-------------
Semua
yang kulalui membuatku belajar, bahwa hidup tak mungkin berjalan sesuai dengan
apa yang kita inginkan. Untuk itu, sekarang aku harus berubah, karena aku tak
mau baru akan belajar setelah mengalami “Kehilangan” dulu.
“Kehidupan
ini seimbang, tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia
orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia sakit.”---
Komentar
Posting Komentar